Gunung Merbabu (3142 mdpl)

Merbabu adalah gunung kedua yang akan saya daki kali ini. Awalnya saya diajak teman dari malang, namanya Resti, katanya dia penasaran dengan sabana merbabu. Sebelum ke Merbabu, Resti bersama temannya bernama Faisal menyempatkan diri untuk jalan jalan ke salah satu Landmark yang ada di Semarang yaitu Brown Canyon, akhirnya saya bersama 3 teman saya (Ryan, Agus, Kabir) memutuskan untuk ke basecamp selo terlebih dahulu. Memulai perjalan dari Semarang sekitar pukul 09.00 wib. Lepas dari kota Salatiga, dari kejauhan ada aktivitas operasi kendaraan bermotor, berhubung motor saya ada sedikit masalah dengan kelengkapannya, akhirnya kami berhenti di warung yang tak jauh dari TKP. Setelah 30 menit berlalu akhirnya para “Pencari nafkah” tersebut meninggalkan TKP. Seketika hati menjadi tenang dan merbabu kami dataaaang.

Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Boyolali lalu ke Selo tempat di mana basecamp Selo berada.­ Perjalanan kami kali ini tak semulus paha Cherry belle. Kami sempat tersesat di kampong antah berantah yang jauh dari rumah dipenuhi tanjakan dan ditinggalkan cinta. Jalan beberapa saat kami singgah sebentar untuk bertanya kepada warga swkitar tentang keberadaan si base camp.


“Pak, jalan menuju basecamp pendakian sebelah mana ya pak?” kemudian si bapak menjawab “!@#$%^&*()_)(*&^%$#@ menggunakan bahasa jawa kromo” 

Yang saya paham hanya “Mboten” dan “Nggih” selebihnya hanya Tuhan yang tau. Sembari mencari arah, kami kembali dihadapkan dengan musibah kecil. Motor Ryan kehabisan bensin dan hujan mulai merintik. Kami berpencar, 2 orang jaga motor, 2 orang lainnya cari bensin. Dengan bermodalkan Bahasa jawa yang seadanya, akhirnya ketemu juga bensinnya. Oke masalah bensin selesai. Waktunya untuk melanjutkan perjalanan.

Seiring waktu berjalan, keempat satria gagah ini akhirnya tiba di Basecamp Selo dengan mengucap segala syukur Alhamdulillah. Di gerbang kami sempat bertemu dengan 2 pendaki asal Solo yang juga baru tiba di basecamp,”Lali Jenenge Iling Rupane” lupa namanya tapi ingat wajahnya kok hehe. Yang satu dipanggil Bang ucup, yang satunya lupa hehe.

(Basecamp Pendakian Selo)
Bu’ Nasi goreng nya satu sama es teh ya bu’. Itulah kata yang sering saya ucapkan ketika tiba dibasecamp pendakian hehe, maklum tenaga nya habis buat cari arah dan tak tahu arah jalan ke sini. Setelah makan dan istirahat sejenak, tak lupa kami mengambil gambar sejenak lalu melakukan registrasi dan kemudian memulai pendakian ini.

Kami memulai pendakian sekitar pukul 15.00 lebih sedikit. Karena ini adalah pendakian pertama saya ke gunung merbabu maka saya tidak terlalu memerhatikan rintangan dari pos ke pos. yang saya ingat kami berangkat jam 3 sore dan tiba di Pos IV pukul 19.00. di tengah perjalanan menuju sabana 1 kami sempat tersesat di tanjakan penyesalan yang waktu itu dipenuhi kabut, dan tak satupun dari kami yang pernah kesini. Setelah berdebat selama beberapa menit dan sempat panik,  Alhamdulillah  akhirnya kami menemukan string yang cukup jelas yang menjadi penuntun kami ke jalur yang agak jelas pada malam itu. Setelah melewati tanjakan, tanahnya mulai landai. Sesekali saya menyenter pohon yang ada di sekitar dan waktu itu saya menemukan pohon yang ada tulisannya. Kemudian saya mendekat dan tulisannya adalah Sabana 1, Alhamdulillah akhirnya kami tiba disini dan kami pun memutuskan untuk menginap semalam disini sebelum melakukan summit keesokan harinya. Sabana 1 adalah tanah landai yang luas dengan pemandangan indah, para pendaki biasanya menginap disini apabila ingin melakukan summit keeskoan harinya, namun ada juga beberapa pendaki yang melanjutkan pendakian ke sabana 2 yang memiliki jarak sekitar 1 jam perjalanan dari Sabana 1.

Sembari memasang tenda, ada pendaki lain yang berkunjung ke tenda kami. Seorang cewek yang telah tiba di sabana sehari sebelum kami. “Mas, ada makanan gak mas? Aku kelaparan nih mas. Logistik kami udah habis sedangkan kami masih harus menginap semalam disini sebelum turun ke bawah”. Kebetulan kami bawa logistic lebih, jadi kami membagikan sedikit logistik kami. Kemudian si cewek duduk dan bercerita kepada kami kalau itu adalah pendakian pertamanya hehe. Si cewek berkata seperti ini “ternyata naik gunung itu tidak mudah ya, dan dengan mendaki ini, saya jadi belajar banyak hal. Saya lebih menghargai alam, menghargai makanan dan menghargai ciptaan tuhan. Beda banget dengan keadaan kalau kita di kota, makasih ya makanannya”kemudian si cewek kembali ke tenda nya.

Katanya sih malam hari di gunung itu indah. Waktu itu sekitar pukul 22.00 wib, saya siap siap untuk mengambil beberapa foto bintang. Dengan bermodalkan kamera seadanya dan tripod saya berkeliling sekitar tenda. Sekitar 3 meter saya berjalan dari tenda, saya memutuskan untuk kembali ke tenda dikarenakan suhu yang kurang bersahabar haha. Waktu itu sangat dingin dan saya kemudian memutuskan untuk tidur kembali. Pada pukul 02.00 pagi saya bangun untuk mengecek keadaan langit pada pagi itu. Suhunya sudah tidak sedingin tadi dan kali ini saya akan keluar untuk mengambil beberapa foto bintang.

Dikarenakan malam itu rembulan dan berkabut, maka milkiway nya pun tidak kelatan sama sekali. Saya hanya mengambil foto bintang dengan tenda sebagai foregroundnya. Ini beberapa foto yang berhasil saya rekam pada malam itu.

(Setelah pagi saya baru sadar kalau tenda berwarna kuning ini adalah tenda si Resti dan Faisal haha)
(Di sebelah kiri terlihat cahaya kecil bersusun rapi, itu adalah cahaya lampu para pendaki yang sedang menuju sabana 2)
Jam 5 pagi saya bangun untuk bersiap siap menyaksikan mentari yang akan menghangatkan kami. Para pendaki lain satu persatu keluar dari tenda mereka untuk menyaksikan keindahan yang selalu kita nantikan yaitu Matahari terbit. Ada yang duduk menghadap matahari, ada yang memegang tongkat ajaib ada yang berfoto sambil memegang kertas yang bertuliskan “Indonesia itu indah”, iya saya tau kok. Ada juga yang sholat subuh depan matahari, ada juga pasangan yang berdiri indah menyaksikan matahari terbit perlahan. Mungkin ada juga yang menikmati matahari dari dalam tenda haha. Semuanya ada disini tinggal pilih mau jadi yang mana, Kalau saya sih tetap setia dengan kamera dan tripod untuk mengambil sebuah timelapse hehe. Masing” orang punya cara sendiri menikmati matahari terbit .
(Para pendaki sedang menanti terbitnya matahari di sabana 1 waktu itu)
(Ketika mentari muncul, kami telah merasa hangat hanya dengan melihatnya)
Matahari mulai tinggi, beberapa dari kami ada yang menyiapkan sarapan,  ada yang menyiapkan peralatan untuk summit dan ada juga yang sibuk foto- foto yaitu saya sendiri hehe. Lagi asik foto, tiba tiba dari tenda di depan saya ada yang keluar dan ternyata itu adalah Resti dan Faisal yang awalnya janjian bareng tapi gak sempat, akhirnya ketemu disini. Resti bersama rombongannya, melakukan summit setengah jam sebeum kami. Setelah sarapan, kami berkumpul untuk berdoa. Berdoa agar pendakian kali ini selamat sampai tujuan dan pulang ke rumah dengan selamat.


(Suasana ceria pagi hari ketika kami sedang menyiapkan sarapan J )
Sekitar pukul 08.00 pagi kami memulai summit menuju puncak. Selama perjalanan kami selalu singgah apabila mendapatkan pemandangan indah. Buat apa terburu- buru kalau ada pemandangan indah yang menyapa kita dimana- mana haha.
(Di belakang kami terlihat dua bukit yang akan kita lewati sebelum ke Sabana 2)
Selama diperjalanan menuju sabana 2, saya sarankan untuk tidak balik belakang. Karena kalau anda berbalik belakang anda pasti akan berhenti dan tersenyum melihat keindahan yang ada di belakang anda haha
(Pemandangan Sabana 1 dibelakangi Gunung Merapi)
Dari atas terlihat sabana 1 yang dipenuhi tenda, dan apabila menengok sedikit ke atas kita akan diperlihatkan pemandangan indah Gunung merapi yang menyapa kita dari kejauhan.

Sabana 1 ke sabana 2 kita akan melewati dua bukit yang cukup menguras tenaga namun akan terbayarkan dengan pemdangan indah disekelilingnya. Di sabana 2 kita bertemu pendaki lainnya yang juga bersiap siap untuk summit. Tidak lama kemudian kami melanjutkan perjlananan menuju puncak. Setelah lepas dari sabana 2, kita melewati tanjakan tanpa landai. Dari sabana 2 ke puncak memakan waktu sekitar 1 jam. Sebelum puncak kita akan bertemu jalan yang akan membawa kita ke puncak. Apabila kita mengambul jalan kiri, kita akan tembus ke Puncak Triangulasi dan kanan untuk tembus ke Puncak Kentheng Songo. Kami mengambil jalan kanan karena waktu itu jarang yang mengambil jalan kiri.

Setelah beberapa saat jalan, akhirnya kami tiba di puncak.  Waktu itu menunjukan pukul 10.00 puncak ramai dengan kerumunan orang, setelah mendekat ternyata para pendaki lainnya sedang mengantri untuk berfoto di papan pos yang bertuliskan Puncak Kentheng Songo, Alhamdulillah tidak terasa akhirnya kami berhasil tiba di tempat ini, tempat yang selama ini orang orang ceritakan kepada kami, akhrinya kami berhasil berdiri tepat di atasnya. Kini giliran kami yang akan menceritakan pengalaman kami kepada orang- orang.
(Empat Ksatria Gagah berada di Puncak Kentgeng Shongo 3142 mdpl)
(Pemandangan Puncak Triangulasi dilihat dari Puncak Kentheng Songo)
(Setelah turun dari Puncak, mampir ke Sabana 2 berfoto sama kabut local)
Setelah berfoto beberapa saat di puncak, kami memutuskan untuk turun ke sabana 1 lalu berkemas untuk turun ke basecamp. Jangan ambil apapun selain gambar, jangan tinggalkan apapun selain jejak, dan jangan bakar apapun selain semangat. Sampai jumpa di pendakian selanjutnya. Bila ada salah salah kata atau lelucon yang agak garing hingga menimbulkan fitnah di hati mohon dimaafkan hehe. See you next mount :) 

4 komentar:

  1. Selamat dan sukses atas terpublishnya blog ini, semoga membawa semangat yg lain untuk ngeblog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih ada beberapa kata yg typo kak, lebih teliti yak sebelum posting.

      lanjutkan anak muda!

      Hapus
    2. Makasih koreksinya om jek. Hehe

      Hapus

 

Words

Saya tidak pernah meminta dipertemukan denganmu, begitupun kamu. Alam lah yang mempertemukan kita (Muhammad Fadelillah, 21 tahun)

About

Kenangan bisa mati, namun tulisan akan selalu membekas di hati. Menulislah sejak dini. Apa yang kau tulis sejak dini pasti jadi (Pramoedya Ananta Toer)